Solusi


Sebenarnya Allah selalu memberi jalan keluar untukku, tapi mungkin akunya yang bebal. Sudah di kasih jalan keluar, tetep aja masih mencari-cari celah. Penjagaan yang Allah berikan, seharusnya bisa membuatku berfikir, bahwa ah ternyata seperti itu. Ah, ternyata cara menyelesaikan nya itu begini, itu menjadi mudah untuk dihentikan. Sekali lagi, ketika ini menyangkut fitrah, maka tidak ada yang bisa menahan perasaan itu untuk muncul, aku hanya perlu membentenginya, membatasi dan memberi pemahaman yang baik kepada diri sendiri agar tetap di jalurnya atau tracknya.

Sebenarnya masalahnya itu dimana ya? Mungkin dari penerimaan dari diri sendiri yang tidak mau untuk menerima dan terkesan menutup diri dari solusi yang coba diberikan. Berfikir mungkin ada solusi yang lebih baik sehingga solusi yang ada belum mau dicoba. Fikiran solusi yang lebih baik itu bisa jadi karena nafsu, bukan karena memang benar-benar mencari yang terbaik.

Berkali-kali di ingatkan, berkali-kali lupa. Kenapa ya? Mungkin karena kurangnya penghayatan kali ya, dan tidak cukup sungguh-sungguh difikirkan setelah di dengarkan. Jadi ya hanya di dengarkan saja, tanpa tau bahwa itu sesuatu yang baik, dan sesuatu yang harus dilakukan.

Ah, pusing aku.

Lalu gimana caranya agar tetap pada tracknya ya? Mungkin dengan cara menata hati terlebih dahulu? Hm, sepertinya memperbaiki apa yang ada di dalam hati lebih dulu itu cara yang cukup baik sehingga bisa membuka hati dan tidak menutup diri dari nasehat-nasehat yang akan diterima. Seperti membiarkan gelas tetap terisi setengah, disatu sisi sudah ada pegangan, namun juga masih memberi ruang untuk pembelajaran.

Ya mungkin awalnya masih terseok-seok, masih merangkak-rangkak, karena namanya juga proses tidak mungkin langsung jadi baik juga kan, tapi apa salahnya dicoba? Karena hal-hal yang baik itu insyaallah akan menuntun ke arah yang baik pula. Baiklah, bersemangatlah!


Ponorogo, 2 September 2019
Rizka Ulfiana, 22 th

Komentar