Bumi Allah yang Luas



Ada yang tak bisa kita kendalikan sebagai seorang manusia adalah presepsi orang lain. Apa-apa yang ada di luar diri kita, kita tidak mampu untuk mengaturnya, namun kita selalu bisa untuk mengatur perasaan kita. Membatasi informasi apa yang kita izinkan untuk kita konsumsi, sehingga kita mampu untuk berlaku sebaik mungkin. 

Tau nggak jika apapun yang kita lihat, kita dengar sebenarnya itu berpengaruh banyak pada diri kita. Jika tingkatannya lebih tinggi lagi kita bisa memiah mana yang perlu di proses dalam diri kita dan mana yang sangat perlu diabaikan. Itu sebabnya kadang lingkungan juga membentuk diri kita yang minimal cara berfikir yang kita ambil.

Cari lingkungan yang baik, yang produktif. Jangan hanya terjebak pada lingkungan yang mungkin hanya itu-itu saja. Bumi Allah itu luas, maka jangan seperti katak dalam tempurung yang merasa hebat dalam dunianya sendiri dan merasa ia sudah cukup baik, sedang sebenarnya ia hanya berputar-putar pada lingkaran yang sama, rutinitas yang sama, yang sama sekali tak mengembangkan dirinya.
Terbanglah setinggi mungkin, mumpung masih ada usia, mumpung masih ada tenaga, mumpung Allah masih memberi kesempatan kepada kita. Mari menjalani hidup dengan baik dan terus belajar setiap harinya. Bukan melulu tentang buku, tapi belajar dari banyak orang melalui pengalaman hidupnya, kebiasaan-kebiasaannya dan ke-istiqomahan apa yang sampai sekarang terus ia usahakan.
Benar, kita memang punya tenggat waktu, namun tidak lantas membuat diri kita merasa terbatas sehingga tak ingin melakukan apapun dan mencoba untuk merasakan apapun. Justru karena kita punya tenggat waktu itu, maka gunakan kesempatan yang Allah berikan itu sebaik mungkin, semaksimal mungkin untuk mencari-cari kebaikan dimanapun dan dibawa pulang. Caranya adalah dengan minimal melakukan gerakan, minimal mengusir jauh rasa malas dalam diri. Bukan juga dengan memforsir diri terus menerus, namun juga memberi jeda untuk merenung sampai dimana jalan kita. Memenuhi hak diri ketika lelah dengan istirahat sejenak untuk menyusun strategi kembali tentang apa yang harus dilakukan.

Jangan hanya terpaku pada hal-hal buruk atau kebencian yang ada di sekitar kita, mari mulai dari lingkungan yang kita pilih untuk diambil kebaikannya. Kadang setiap hal itu tidak melulu tentang buruk 100 % maupun baik seratus persen. Jadi apapun lingkungan yang kita temui meski banyak orang yang mengatakan bahwa itu buruk, yakinlah bahwa kita ini termasuk orang yang mampu mengambil hikmah dan membuang keburukan tersebut. Semua itu membuat kita lebih sadar, lebih muhasabah diri dan membuat diri kita lebih banyak bersyukur bahwa kita diberi kesempatan oleh Allah untuk mengetahui mana yang buruk. Kita diberi kesempatan oleh Allah untuk memilih jalan yang baik menurutnya, dan kita tau bahwa kadang ada orang-orang yang menjalani kehidupan yang tak cukup baik itu karena ia memilihnya dan merasa tak ada pilihan lain untuk mempertahankan hidup. Dari sana kita tekan rasa sombong kita dan berfikir jika itu kita, beum tentu kita mampu untuk keluar dari lingkaran itu juga. Maka hati akan banyak bersyukur atas semua nikmat yang sampai saat ini masih dititipkan kepada kita. 

Pada akhirnya kita akan belajar tentang toleransi dengan prinsip bahwa kita tau mana yang hitam dan putih dan abu-abu dan kita selalu punya pilihan untuk mengambil yang putih dan membuang yang buruk dari hidup kita tanpa harus menyalahkan orang yang berbeda dengan kita. Tanpa harus memaksakan pendapat pada orang yang memilih pilihan yang kita anggap salah. Kita hanya orang yang sama-sama berusaha untuk melakukan yang terbaik menurut versi kita masing-masing.


Kesempatan yang Allah berikan di setiap nafas yang kita hirup itu, gunakan sebaik mungkin. Semampu kita untuk melakukan kebaikan dan membuat kebaikan-kebaikan itu menular bagi orang-orang yang kita cintai, lingkungan terdekat kita atau jika lebih jauh lagi di seluruh dunia.

Sekali lagi, terbanglah setingi-tingginya, jelajahi bumi Allah. 

Jangan bersembunyi di balk kamarmu dan melihat orang memperbaiki dunia dari balik jendela. Yuk bergerak dengan langkah kecil dengan membuka pintu kamarmu untuk ikut menjadi bagian orang-orang yang berjuang dalam sebuah kebaikan.
Ponorogo, 5 November 2019
Rizka Ulfiana, 22th


Komentar