SUDAH TAU!

Baik akan bicara tentang attitude, dan victim blamming.




Hai, sudah lama tidak menulis untuk blog, kali ini aku share pengalaman sedikit tentang sesuatu yang sebenarnya ada disekitar kita, kadang kita menganggapnya biasa. Itu bagi yang hanya mengamati, namun bagi yang menjalani itu sangat tidak adil.

Itu adalah victim blaming.


Ketika orang lain tertimpa sebuah ujian misalnya, kadang kita bandingkan ujiannya dengan ujian orang lain, bahwa ada orang yang hidupnya lebih berat, alih-alih menghibur semua itu akan membuat orang yang sedang diuji itu merasa mereka sedang diremehkan kesabarannya, diremehkan kesedihannya.'

Tau nggak, kadang kita nggak perlu lo melakukan semua itu, sebenarnya cukup kita menghargai apa yang mereka lakukan dan menyemangati dengan kata sabar ya, semangat ya, itu sudah cukup. Boleh menghibur, tapi jangan sampai menyinggung mereka. Kita mungkin tidak bisa membantu mereka secara materil, tapi kita bisa membantu secara moril. Secara attitude.

Ketika ada orang kemalingan misalnya, kita bilang “wah, mungkin bapak kurang sedekah ini pak, sampai kemalingan gini”. Jika ada orang di bully karena dia pendek dan mengadukan kesedihannya pada kita misalnya, kita berkata “kamu dulu mungkin nggak dapat gizi yang baik sih, makanya nggak bisa tinggi”, ketika ada yang mengalami bencana alam, kita bilang “wah maksiat disini terlalu banyak kali, makanya ada adzab”.
Gimana?

Benar sih yang kita omongkan itu mungkin adalah sebuah fakta bagi kita, tapi jika kita yang ada diposisi itu apakah kita senang mendengar kebenaran yang seperti itu. Mungkin kita akan menjawab “SUDAH TAU!”. Bukannya membantu luka karena cobaan, malah menambah luka moril.


Kita enteng saja ya mengatakan itu pada “victim”, pada korban. Its okay kalau alasannya untuk bahan muhasabah diri, tapi mbok ya biarkan kita ngomong kayak gitu ke diri kita sendiri, bukan menyalah-nyalahkan orang lain. Bukan menuduh-nuduh orang lain yang berbuat dosa meskipun iya. Itupun jika mereka benar melakukannya, jika mereka tidak melakukan hal itu dan itu benar-benar hanya sebuah ujian dari Allah untuk mengangkat derajat mereka? artinya kita sedang menuduh sesuatu yang bukan haq lo.

Sekali lagi, ini moral. Moral kita yang selalu meremehkan perasaan orang lain ketika kita menyampaikan apa yang kita anggap benar. Jika tidak bisa membantu, mbok ya jangan menyalahkan. Mbok ya jangan mengungkit-ungkit luka lama bahkan menghina.  Jika tidak bisa menguatkan hati para korban mbok ya diem aja atau bilang ikut berduka meski hati menuduh-nuduh.

Misal pula di sebuah kota ketika malam hari tiba-tiba ada singa yang lepas dari kebun binatang berkeliaran, apakah kita akan menyalahkan orang yang keluar untuk belanja dimalam hari karena kelaparan namun justru terluka karena singa itu? Kita bilang, “ya itu resiko, siapa suruh keluar malam saat singa lepas”. Alih-alih menyalahkan singanya atau orang yang lalai yang membuat singa lepas.

Dimana moral kita? Dimana empatinya?


Mbok ya dari situ singanya ditangkap, atau setidaknya kita bilang pada keluarga korban bahwa kita ikut berduka cita, dan apa yang dilakukan oleh singa itu tak berperi kehewanan, kita tau mereka terpaksa karena kelaparan, kita besarkan hati mereka, bukan menyalahkan.


Biasakan berempati, bukan menghakimi kebodohan orang lain. Menghakimi kesedihan orang lain, karena jika kita berada di posisi seorang korban dan melihat banyak orang yang menyalahkan kebodohan kita, mungkin dengan hati yang masih terluka itu kita bilang “SUDAH TAUUU!”


Ponorogo, 13 Desember 2019
RU, 22 th
Drama olsop

Komentar